I am is I am (Part 1)

29 Maret 1981 lahirlah seorang anak perempuan di keluarga Paath – Talumepa. Bayi mungil dinamai Christine Paath, nama yang paling singkat dari antara kedua kakaknya. Itulah aku… Nona adalah nama kesayangan yang diberikan papa padaku karena aku anak satu-satunya perempuan dan yang memanggilku dengan nama itu hanyalah keluarga dan tetanggaku saja. Orang di luar sana termasuk teman-teman sekolahku hanya tahu namaku Christine. Sampai sekarangpun tidak banyak yang tahu nama rumahku nona. Hehehe…

Aku dibesarkan di keluarga yang sederhana dengan hidup pas-pas an. Papa bekerja di Total sejak 1977 sebagai radio operator dan bekerja di lokasi. 2 minggu kerja, 1 minggu off sehingga kami di rumah harus mandiri tidak bergantung pada papa. Dengan gajinya yang terbilang kecil hidup kami pun sederhana. Puji Tuhan karena mama memiliki kealihan masak memasak sehingga mama pun turut membantu perekonomian keluarga kami. Mama catering dan rutin buat kue-kue untuk dititipkan. Setiap subuh bangun ke pasar, memasak untuk catering kantor-kantor dan beberapa bank langganan. Mama pergi dengan ojek setiap subuhnya, mo hujan atau tidak tetap harus berangkat. Aku sangat salut dengan mama, kegigihannya, semangatnya, kekuatannya setiap hari luar biasa. Mama mengerjakan semuanya sendiri tanpa pembantu. Kalaupun ada hanya untuk cuci piring saja tidak lebih. Entah berapa banyak pembantu yang pernah kerja dan keluar masuk, tidak tahan karena cucian rantang bekas makanan orang hari sebelumnya yang membuat mereka eneg. Ya ditambah lagi dengan ulahku yang mungkin membuat mereka tidak tahan. Hihihi… Aku seperti papa, orangnya jijik-an. Misalnya saja, meski peralatan piring sudah di cuci oleh pembantu tetap saja setiap aku mo makan pasti ku cium dulu dan ku bilas lagi dengan air matang. Dan kebiasaan ini pun masih sampai sekarang. Kalau di dapur kantor pasti ku bilas lagi gelas yang akan ku pakai dengan air panas (kalau tidak ada orang ya, klo ada tidak enak takut tersinggung). Apalagi kalau di tempat orang juga kadang2 begitu, ya gak semuanya sih. Kalau makan, makanan terutama sambel pasti ku cium dulu deh aromanya. Terkesan kurang sopan tapi ya namanya juga udah kebiasaan.

Karena mama menekuni kuliner tersebut sejak kami kecil, kamipun terbiasa mandiri. Bayangkan saja, saat ku TK mama hanya mengantarku sekali di hari pertama itupun hanya mengantar lalu pulang, sementara semua temanku diantar bahkan di tunggui setiap harinya. Tapi itu bukan masalah untukku, biasa aja. Dari TK aku sudah tidur di kamar sendiri, sementara keponakanku sampai besar kira2 kelas 4 SD masih tidur rame-rame dengan adik dan orangtuanyaAku pun jadi anak yang mandiri. Saat kelas 5 SD kami terpaksa turun tangan untuk bantu mama di kala tidak ada pembantu yang bekerja. Aku dan kakak2ku mencuci setumpukan rantang selama beberapa lama. Dan kamipun juga harus mencuci pakaian sendiri berbeda dengan teman-temanku yang sekompleks denganku. Mereka heran, kalau mereka mengajakku main sore hari justru aku sedang mencuci. Ya karena mereka semuanya punya pembantu dan terima beres aja. Dan kami sudah terbiasa membersihkan dan membereskan rumah dan keperluan kami masing2. Sekali lagi itu bukan masalah dan kami enjoy saja…

Menjelang remaja dan aku duduk di SMP, aku mengenal yang namanya cinta ya kata orang sih cinta monyet. Ada yang dekat denganku, dan ada teman sekolahku yang suka juga dengan si Dia. Dan entah bagaimana dia (teman cewekku itu *MA*) ngerjain aku dan si Dia dengan telepon rumah. Dan karena papa merasa terganggu dan terusik, aku lah yang jadi korban kemarahan papa padahal bukan aku yang melakukannya. Pertama dan terakhir aku merasakan cambukan pendeng papa saat itu. Wouw… sakit dan sedih yang ku rasa. Tapi apa yang terjadi setelah itu… Papa memeluk ku erat dan mengatakan “Papa minta maaf, papa serperti itu karena papa sayang Nona. Papa gak mau anak papa bikin malu papa”. Aku terus saja menangis tersedu-sedu karena aku orangnya tidak bisa dimarahin dalam arti, aku akan drop dan akan terbawa pikiran bukan karena gak terima dimarahin ya tapi justru sedih ketika dibentak apalagi dimarahin, hatiku langsung ciuttt. Kalau aku salah aku akan terima saja dan karena kejadian itu aku dilarang menggunakan telepon dan justru kubuktikan dengan rajin belajar alhasil aku dapat rangking 10 besar yang tadinya belasan mendekati puluhan. Sampai sahabat baikku juga heran kok bisa significant. Ya terkadang cambukan itu justru dapat memacu kita untuk berbuat yang terbaik. Tapi ini bukan “cambukan” tapi benar2 cambukan pendeng yang ku rasa. Hahaha… meski demikian Aku tidak sakit hati karena aku tahu papa benar dan sayang anaknya.

10 tahun kami menempati rumah pertama papa di km 3.5 Ramayana 123 (1984-1994) berkat kerja keras papa, kejujuran dan ketekunan papa dalam pekerjaannya papa selalu berprestasi dan menunjukkan kinerja yang baik sehingga dapat promosi jabatan, perlahan namun pasti. Papapun mengajukan HOP rumah dan membeli rumah di karang jawa (KJ 7/11), yang kudapat dari papa dan mama, ketika mereka membutuhkan sesuatu dan hendak membeli sesuatu sungguh-sungguh di gumuli dan butuh waktu. Rumah adalah tempat berteduh dan kita tidak bisa membelinya dengan mudah, tidak seperti membeli kacang goreng. Akan ada proses untuk mendapat yang terbaik. Kami tinggal di rumah tersebut 10 tahun juga (1994-2004). Masa remajaku ku habiskan di rumah itu. Aku masih ingat, aku bukan anak manja yang selalu dikatakan orang2… kalau anak bungsu apalagi perempuan satu2nya itu pasti manja dan minta apa saja pasti di penuhi. Sayangnya anggapan itu salah dan tidak berlaku untuk ku. Aku ingat,waktu kecil aku terkenal cengeng sangat cengeng. Kalau mau minta sesuatu tidak di kasih pasti aku nangis dan karena tidak suka melihatku menangis pasti diberikan dan di sogok uang buat jajan. Hahahaha… itu waktu masih sangat kecil, di bawah 10 tahun. Hemmmm, ketika aku remaja belasan tahun. Kalau minta sesuatu trus mencoba jurus ngambek or merengek jangan harap dapat yang ku mau tapi justru dimarahin. Sejak saat itu aku tidak bisa apa-apa lagi. Aku benar2 harus melihat kondisi orangtuaku. Hihihi…

Saat ku SMP aku ikut PT (persekutuan teruna) di GPIB Maranatha SP 2. Dari kecil aku aktif sekolah minggu, remaja PT sampai Pemuda pun aktif. Pada waktu itu aku duduk di SMP kelas 2 kalau tidak salah, ada ibadah padang ke ITCI kenangan. Jaman itu lagi booming sepatu boot trendy namanya dokmart or something. Temanku nanya gini waktu di jetty tempat kita akan menyebrang, “Tin,kok kamu pake sepatu kets sih?” *ChristianeK* ya ku jawab aja “ya gapapa donk yang penting kan pake sepatu”. Aku sedikit malu saat itu minder karena tidak memiliki sepatu yang sama dengan mereka. Namun ku ingat lagi kata-kata papa, “Papa gak bisa kasih yang seperti orang lain punya. Kalian harus bersyukur dan jangan menuntut macam-macam karena kita hidup cukup bukan hidup berkelimpahan”. Dan aku selalu mengingatnya, itulah mengapa aku tidak ingin menuntut untuk mendapatkan sesuatu. Jadi ingat teman dekat SMAku dulu *DiahA*, keluarga yang berada. Kalau dia mau minta hp terbaru pun langsung dibelikan. Begitu seterusnya sampai kuliah. Tapi aku justru gak suka seperti itu…

Hal lainnya, dari kecil kami tidak pernah bicara kotor seperti kata-kata mutiara dalam kebun binatang. Sampai sekarangpun kalau mau menceritakan cerita orang lain yang menggunakan kata-kata mutiara atau bahasa yang kasarpun rasanya aneh dan tak biasa.

Masa remaja yang ku lalui dirumah itu lebih terbuka dan tidak tertutup seperti dulu. Aku bisa mengadakan acara ulang tahun ku yang ke-14 mengundang teman2 SMP ku. Dan aku juga bisa ngadain acara ulang tahun ku yang ke-17 bersama teman2 SMA ku. Dengan konsep acara yang lumayan lah saat itu. Dan aku bisa mengundang teman2ku datang ke rumah untuk main PS dan buat kue favorit ku Brownies, ya waktu mama keluar kota nengok kakak kuliah dan saat papa kerja sih. Hehehe… Aku juga sering ikutan ngumpul di rumah teman sore2 buat rujak dan es campur. (klo soal es, kue atau puding aku suka banget)

Oiya ada yang terlewatkan… saat SMP aku pernah di buat kesal dengan teman2 sekolah. Hal yang buatku malu sih sebenarnya. Waktu itu sedang buat buku tahunan SMP KPS. Ada foto2 kita dan ada cerita atau julukan untuk masing2 anak setiap kelas. Yang buatku kesal karena julukanku saat itu adalah “ST alias Sok Tahu”. Wah karena aku gak terima dan ngambek, akhirnya mereka mengganti dengan cewek TerPucat. Hmmm, aku sadar sih kenapa begitu karena aku ingat sekali, masa kecilku dulu aku suka nimbrung kalau orangtuaku sedang ada tamu dan berbincang2. Jadinya gak bagus deh untuk ku. Tapi setelah ku sadar itu merupakan salah satu sifat yang tidak baik, aku berusaha keras untuk tidak seperti itu. Menahan diri dan lebih baik mengatakan tidak tahu kalau memang tidak tahu.

Oiya aku hampir lupa, aku punya bakat jualan. Waktu SMP aku udah mengembangkan bakat jualanku. Dibantu oleh orang tua dan kakak ku. Kakaku yang kuliah di Yogya kirim perak2an, gelang2an, cincin besi putih yogya trus ku jual ke teman2 sekolah. Laris manis deh.. trus juga ada produk sandal by request dan gantugan boneka nama untuk mobil sesuai nama yg di order. Ordernya di jakarta, dapat koneksi dari tanteku. Lancar, laris manis jualanku… pas SMA iseng juga buat tulisan2 untuk pembatas buku gitu yang di laminating. Kalau orang buat pake kertas warna-warni or lainnya aku buat pake kutex alias pemoles kuku. Lumayan banyak koleksi warna-warni gitu ya yang murah2 aja sih. Lucu juga ya dulu kegiatanku…

Saatku SD-SMP papa sempat pindah tugas kerja di lokasi sampai kami SMA karena saat itu kakak kakak ku sudah akan kuliah ke jawa dan Puji Tuhan permohonan papa pindah disetujui dan papa kerja di lokasi Handil II Base sampai pensiun. Saat ku SMP-SMA mama masih saja sibuk dengan dunia masak-memasak. Hanya saja yang berbeda adalah, kalau waktu kami kecil mama catering benar2 untuk membantu perekonomian keluarga kami tetapi saat kami SMA justru hanya karena sudah terbiasa kerja dan tidak bisa kalau tidak ada kesibukan. Ya semua itu karena pekerjaan dan pendapatan papa jauh lebih baik dan semua itu hanyalah karena kemurahan Tuhan saja. Aku ingat waktu kecil, banyak keluarga dari kampung yang ikut tinggal di rumah kami. Ya berganti-ganti waktunya. Dan papa juga membantu keponakannya menyekolahkannya sampai lulus STM *MerrylP*. Puji Tuhan sekarang sudah berhasil dalam pekerjaan dan rumah tangganya. Banyak keluarga sillih berganti datang tinggal di rumah kami untuk membantu mama membuat kue pesanan. Masih ingat deh mama pernah terima pesanan 1000 kotak snack untuk fun bike di Balikpapan, dan itu mama benar2 tidak tidur mengerjakannya bersama tante yang lain. Kakakku keduanya cowok, tidak bisa diandalkan untuk urusan dapur jadi aku yang kadang2 membantu sekedar menggoreng panada atau membakar lemper. Gila ya, kuatnya mamaku. Tapi sejak kami SMP mama sudah berhenti melayani katering makan siang ke kantor2 karena capek. Jadi hanya melayani pesanan kue saja dan makanan untuk acara seperti rapat pleno, dll. Wah kalau sudah menjelang Idul Fitri, jejeran toples itu memenuhi meja2 di rumah. Entah berapa puluh kilo kue kering pesanan orang yang mama buat belum lagi yang sangat enak adalah Black Forest buatan mama. Belum ada yang tandingi deh di Balikpapan, belum ada yang seenak buatan mama. Hehe lebay tapi beneran enak buangettt.. Semua itu dapat mama lakukan bukan karena hebatnya mama tapi karena karunia Tuhan. Kekuatan yang berasal dari Tuhan bukan kekuatan mama sebagai manusia biasa. Tuhan kita sungguh luar biasa!!!

…. Bersambung part 2

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑